Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012 di Arab Saudi dan sejak itu, MERS telah menjadi perhatian global karena kemampuannya untuk menyebabkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi. MERS-CoV termasuk dalam keluarga Coronaviridae, yang juga merupakan keluarga virus yang menyebabkan penyakit seperti SARS dan COVID-19.
Penyebab MERS: Virus MERS-CoV
MERS-CoV adalah virus coronavirus yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012 setelah wabah besar terjadi di Arab Saudi. Virus ini memiliki banyak kesamaan dengan virus SARS-CoV yang menyebabkan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada 2003. MERS-CoV menyerang saluran pernapasan manusia dan dapat menyebabkan gejala mulai dari ringan hingga parah, serta komplikasi serius yang bisa mengancam nyawa.
Sumber dan Perantara Penyebaran MERS-CoV:
- Hewan Pembawa (Zoonosis): Unta (dromedari) diyakini menjadi hewan utama yang menyebarkan virus MERS kepada manusia. Penularan antara unta dan manusia terjadi terutama melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau produk-produk unta yang terkontaminasi, seperti susu dan daging.
- Penularan Antar Manusia: Virus ini dapat menyebar antar manusia, terutama di rumah sakit atau fasilitas medis, melalui droplet (partikel udara kecil) yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan sekresi tubuh yang terinfeksi, seperti air liur atau cairan pernapasan.
Gejala MERS
Gejala MERS pada manusia dapat berkisar dari gejala ringan hingga gangguan pernapasan yang parah, dan pada beberapa kasus bisa berakhir dengan kematian. Gejala umum dari infeksi MERS meliputi:
Gejala Awal:
- Demam tinggi (sering kali lebih dari 38°C)
- Batuk kering atau sesek nafas
- Nyeri otot dan kelelahan
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
Gejala Parah:
Pada sekitar 30-40% pasien yang terinfeksi, MERS dapat berkembang menjadi penyakit pernapasan akut yang lebih parah, yang mencakup:
- Pneumonia (radang paru-paru) berat
- Gagal pernapasan yang membutuhkan ventilasi mekanik
- Gagal organ: termasuk gagal ginjal, hati, dan jantung
- Shock septik (kondisi medis darurat yang mengancam jiwa akibat infeksi)
Beberapa pasien juga melaporkan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare, tetapi gejala pernapasan cenderung lebih dominan dan lebih sering menjadi penyebab utama kematian.
Penularan MERS
MERS-CoV menular terutama melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, tetapi juga bisa ditularkan melalui paparan terhadap hewan pembawa (seperti unta) yang terinfeksi. Berikut adalah cara penularan utama MERS:
1. Penularan Antar Manusia
- Droplet (partikel udara): Virus dapat menyebar saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, melepaskan tetesan virus ke udara. Jika tetesan ini terhirup oleh orang lain, mereka dapat terinfeksi.
- Kontak langsung: Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan sekresi tubuh orang yang terinfeksi, seperti air liur, dahak, atau darah. Ini sering terjadi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan.
- Permukaan terkontaminasi: Virus juga bisa menempel pada permukaan yang terkontaminasi (seperti gagang pintu, peralatan medis, dan lain-lain) dan kemudian menyebar ketika seseorang menyentuhnya dan kemudian menyentuh wajah mereka.
2. Penularan dari Hewan ke Manusia
- Kontak dengan unta yang terinfeksi: Unta (dromedari) merupakan hewan yang dapat membawa MERS-CoV tanpa menunjukkan gejala. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau melalui konsumsi produk dari unta, seperti susu atau daging yang belum dimasak dengan benar.
- Perdagangan hewan: Peternakan unta dan pasar hewan hidup merupakan tempat-tempat yang berisiko tinggi untuk penyebaran virus.
Penularan antar manusia relatif terbatas dan umumnya terjadi pada orang yang memiliki kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi, seperti petugas kesehatan atau anggota keluarga yang merawat pasien.
Diagnosis MERS
Diagnosis MERS didasarkan pada gejala klinis, riwayat perjalanan, dan tes laboratorium. Pemeriksaan diagnostik meliputi:
- Tes PCR (Polymerase Chain Reaction): Untuk mendeteksi materi genetik dari virus MERS-CoV dalam sampel dari tenggorokan, hidung, atau cairan pernapasan lainnya.
- Tes serologis: Untuk mendeteksi antibodi terhadap virus, yang menunjukkan infeksi yang sudah terjadi sebelumnya.
- Pemeriksaan radiologi: Seperti rontgen dada untuk melihat adanya tanda-tanda pneumonia atau kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi.
Pengobatan MERS
Saat ini, belum ada pengobatan spesifik atau vaksin yang terbukti efektif untuk mengatasi MERS-CoV. Pengobatan utama yang dilakukan adalah terapi suportif, yang bertujuan untuk mengelola gejala dan komplikasi yang muncul. Langkah-langkah pengobatan meliputi:
- Ventilasi mekanik untuk pasien yang mengalami gagal pernapasan parah.
- Pemberian oksigen untuk membantu pasien bernapas dengan lebih baik.
- Obat antivirus: Beberapa obat seperti ribavirin dan interferon digunakan dalam beberapa kasus, meskipun efektivitasnya belum terbukti secara konsisten dalam mengobati MERS.
- Penyokong fungsi organ: Jika terjadi gagal organ (seperti gagal ginjal), pasien dapat memerlukan dialisis atau perawatan intensif lainnya.
Pencegahan MERS
Pencegahan penyebaran MERS melibatkan langkah-langkah untuk mengendalikan infeksi, baik di kalangan manusia maupun hewan. Beberapa langkah utama untuk mencegah MERS antara lain:
1. Pengendalian di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
- Isolasi pasien yang terinfeksi di ruang terpisah untuk mencegah penularan ke pasien lain dan petugas kesehatan.
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas medis, termasuk masker bedah atau masker N95, pelindung wajah, sarung tangan, dan pakaian pelindung.
- Peningkatan kebersihan: mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara teratur, serta penggunaan disinfektan untuk membersihkan permukaan yang sering disentuh.
2. Pencegahan Penularan dari Hewan ke Manusia
- Hindari kontak langsung dengan unta yang tidak diketahui status kesehatannya atau yang menunjukkan gejala penyakit.
- Masak daging dan produk susu unta dengan baik sebelum dikonsumsi untuk menghindari kemungkinan infeksi.
- Vaksinasi unta: Di beberapa negara, vaksinasi unta telah dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi infeksi dan penyebaran virus MERS-CoV.
3. Pencegahan Umum
- Karantina bagi orang yang memiliki kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi atau yang baru saja mengunjungi daerah dengan wabah MERS.
- Pendidikan publik untuk meningkatkan kesadaran tentang cara pencegahan MERS, termasuk pentingnya kebersihan pribadi dan penghindaran kontak dengan hewan yang berisiko.
4. Pengawasan Kesehatan
- Pemantauan kasus: Negara-negara dengan risiko tinggi MERS, terutama yang memiliki perdagangan unta yang besar, harus memiliki sistem pengawasan yang ketat untuk mendeteksi kasus MERS sejak dini dan mencegah penyebarannya.
Sejarah dan Dampak Wabah MERS
Penyakit MERS pertama kali ditemukan pada 2012 di Arab Saudi. Wabah ini dengan cepat menyebar ke beberapa negara di Timur Tengah, Asia, Eropa, dan Amerika Utara, meskipun tidak mencapai tingkat penyebaran global yang serupa dengan SARS atau COVID-19. Jumlah kasus terkonfirmasi hingga saat ini sekitar 2.500 kasus dengan lebih dari 850 kematian.
MERS menyebabkan perhatian besar di dunia medis dan kesehatan masyarakat karena tingkat kematian yang tinggi (sekitar 35% dari yang terinfeksi) dan kemampuannya untuk menyebar melalui kontak dekat